Senin, 31 Desember 2018

Tugas 3 Softskill Manajemen Proyek & Resiko

PT. Jualmurah

Perusahaan kami didirikan pada tahun 2016 oleh beberapa mahasiswa Gunadarma yang melihat perbedaan dalam peluang bisnis di seluruh Indonesia. Pedagang di kota-kota kecil harus berpindah ke daerah perkotaan untuk memperluas jangkauan pasar, sementara konsumen di seluruh Indonesia memiliki akses terbatas untuk mendapat barang atau harus membayar lebih untuk barang yang sama hanya karena tempat tinggal mereka. Kesenjangan ini menyebabkan urbanisasi yang tidak perlu. Para pendiri kami memutuskan untuk membangun platform di mana setiap orang dapat memulai dan menemukan apa pun, dan menpartisipasikan perdagangan melalui teknologi. Sejak didirikan pada tahun 2016, Jualmurah telah menjadi kekuatan yang memelopori transformasi digital di negara ini.
Jual memiliki slogan jual-beli online murah dan terpercaya karena Jualmurah memberikan jaminan 100% uang kembali kepada pembeli jika barang tidak dikirimkan oleh penjual.
Perdagangan elektronik yang biasa disebut e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Beberapa orang mendefinisikan perdagangan elektronik (e-commerce) dengan sempit, yaitu transaksi-transaksi yang hanya melintasi batas perusahaan saja yang dapat diklasifikasikan sebagai e-commerce. Jika suatu transaksi tetap berada di dalam batas perusahaan, orang-orang ini akan menyebutnya sebagai transaksi bisnis elektronik. Kebanyakan orang menganggap bisnis elektronik dan perdagangan elektronik sebagai satu hal yang sama.
Diartikan secara luas, yaitu bahwa e-commerce dapat memfasilitasi operasi internal maupun eksternal perusahaan. Dengan pandangan ini, istilah bisnis elektronik dan pedagangan elektronik adalah sama. Dalam definisi luas, akan menggunakan akses  jaringan, sistem berbasis komputer, dan antar muka sebuah browser akan memenuhi persyaratan sebagai perdagangan elektronik.
E-commerce merujuk pada semua bentuk transaksi komersial yang menyangkut organisasi dan individu yang didasarkan pada pemrosesan dan transmisi data yang didigitalisasikan, termasuk teks, suara dan gambar.Perdagangan melalui jaringan elektronik sebagai penggunaan komputer untuk memudahkan semua operasi perusahaan.




                  RISIKO
         
Risiko Keamanan Informasi (Information Security Risk) didefinisikan sebagai potensi output yang tidak diharapkan dari pelanggaran keamanan informasi oleh Ancaman keamanan informasi. Semua risiko mewakili tindakan yang tidak terotorisasi. Risiko-risiko seperti ini dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1.         Pengungkapan Informsi yang tidak terotoritasis dan pencurian. Ketika suatu basis data dan perpustakaan peranti lunak tersedia bagi orang-orang yang seharusnya tidak memiliki akses, hasilnya adalah hilangnya informasi atau uang.
2.         Penggunaan yang tidak terotorisasi. Penggunaan yang tidak terotorisasi terjadi ketika orang-orang yang biasanya tidak berhak menggunakan sumber daya perusahaan mampu melakukan hal tersebut.
3.         Penghancuran yang tidak terotorisasi dan penolakan layanan. Seseorang dapat merusak atau menghancurkan piranti keras atau peranti lunak, sehingga menyebabkan operasional komputer perusahaan tersebut tidak berfungsi.
4.         Modifikasi yang terotorisasi. Perubahan dapat dilakukan pada data, informasi, dan peranti lunak perusahaan yang dapat berlangsung tanpa disadari dan menyebabkan para pengguna output sistem tersebut mengambil keputusan yang salah.

        PERSOALAN E-COMMERCE
        E-Commerce memperkenalkan suatu permasalahan keamanan baru. Masalah ini bukanlah perlindungan data, informasi, dan piranti lunak, tetapi perlindungan dari pemalsuan kartu kredit.

   Kartu Kredit “Sekali pakai”
           Kartu sekali pakai ini bekerja dengan cara berikut: saat pemegang kartu ingin membeli sesuatu secara online, ia akan memperleh angka yang acak dari situs web perusahaan kartu kredit tersebut. Angka inilah, dan bukannya nomor kartu kredit pelannggan tersebut, yang diberikan kepada pedadang e-commerce, yang kemudian melaporkannya ke perusahaan kartu kredit untuk pembayaran.

Ø  Praktik keamanan yang diwajibkan oleh Visa
           Visa mengumumkan 10 pratik terkait keamanan yang diharapkan perusahaan ini untuk diikuti oleh peritelnya. Peritel yang memilih untuk tidak mengikuti praktik ini akan menghadapi denda, kehilangan keanggotaan dalam program visa, atau pembatasan penjualan dengan visa. Peritel harus :
1.     Memasang dan memelihara firewall
2.     Memperbaharui keamanan
3.     Melakukan enkripsi data yang disimpan
4.     Melakukan enkripsi pada data ynag dikirm
5.     Menggunakan dan memperbaharui peranti lunak anti virus
6.     Membatasi akses data kepada orang-orang yang ingin tahu
7.     Memberikan id unik kepada setiap orang yang memiliki kemudahan mengakses data
8.     Memantau akses data dengan id unik
9.     Tidak menggunakan kata sandi default yang disediakan oleh vendor
10. Secara teratur menguji sistem keamanan
           S
elain itu, visa mengidentifikasi 3 praktik umum yang harus diikuti oleh peritel dalam mendapatkan keamanan informasi untuk semua aktivitas bukan hanya yang berhubungan dengan e-commerce:
1.     Menyaring karyawan yang memiliki akses terhadap data
2.     Tidak meninggalkan data atau komputer dalam keadaan tidak aman
3.     Menghancurkan data jika tidak dibutuhkan lagi.

MANAJEMEN RESIKO
     
 MANAJEMEN RISIKO (MANAGEMENT RISK)

Manajemen Risiko merupakan satu dari dua strategi untuk mencapai keamanan informasi.Risiko dapat dikelola dengan cara mengendalikan atau menghilangkan risiko atau mengurangi dampaknya. Pendefenisian risiko terdiri atas empat langkah :
1   .     Identifikasi aset-aset bisnis yang harus dilindungi dari risiko
2   .     Menyadari risikonya
3   .     Menentukan tingkatan dampak pada perusahaan jika risiko benar-benar terjadi
4   .      Menganalisis kelemahan perusahaan tersebut

Tabel Tingkat Dampak dan Kelemahan

Dampak Parah
Dampak Signifikan
Dampak Minor
Kelemahan Tingkat Tinggi
Melaksanakan analisis kelemahan. Harus meningkatkan pengendalian
Melaksanakan analisis kelemahan. Harus meningkatkan pengendalian
Analisis kelemahan tidak dibutuhkan
Kelemahan Tingkat Menengah
Melaksanakan analisis kelemahan. Sebaiknya meningkatkan pengendalian.
Melaksanakan analisis kelemahan. Sebaiknya meningkatkan pengendalian.
Analisis kelemahan tidak dibutuhkan
Kelemahan Tingkat Rendah
Melaksanakan analisis kelemahan. Menjaga Pengendalian tetap ketat.
Melaksanakan analisis kelemahan. Menjaga Pengendalian tetap ketat.
Analisis kelemahan tidak dibutuhkan



           Tingkat keparahan dampak dapat diklasifikasikan menjadi:
1   .     dampak yang parah (severe impact) yang membuat perusahaan bangkrut atau sangat membatasi kemampuan perusahaan tersebut untuk berfungsi
2   .     dampak signifikan (significant impact) yang menyebabkan kerusakan dan biaya yang signifikan, tetapi perusahaan tersebut tetap selamat
3   .     dampak minor (minor impact) yang menyebabkan kerusakan yang mirip dengan yang terjadi dalam operasional sehari-hari.



           Setelah analisis risiko diselesaikan, hasil temuan sebaiknya didokumentasikan dalam laporan analisis risiko. Isi dari laporan ini sebaiknya mencakup informasi berikut ini, mengenai tiap-tiap risiko:
1         diskripsi risiko
2         sumber risiko
3         tingginya tingkat risiko
4         pengendalian yang diterapkan pada risiko tersebut
5         para pemilik risiko tersebut
6         tindakan yang direkomendasikan untuk mengatasi risiko
7         jangka waktu yang direkomendasikan untuk mengatasi risiko
Jika perusahaan telah mengatasi risiko tersebut, laporan harus diselesaikan dengan   cara menambahkan bagian akhir .
8         apa yang telah dilaksanakan untuk mengatasi risiko tersebut.

KEBIJAKAN KEAMANAN INFORMASI
          
Suatu kebijakan keamanan harus diterapkan untuk mengarahkan keseluruhan program. Perusahaan dapat menerapkan keamanan dengan pendekatan yang bertahap, diantaranya:
1.      Fase 1,Inisiasi Proyek. Membentuk sebuah tim untuk mengawas proyek kebijakan keamanan tersebut.
2.      Fase 2,Penyusunan Kebijakan. Berkonsultasi dengan semua pihak yang berminat dan terpengaruh.
              3.      Fase 3,Konsultasi dan persetujuan. Berkonsultasi dengan manajemen untuk mendapatkan pandangan mengenai berbagai persyaratan kebijakan.
             4.      Fase 4,Kesadaran dan edukasi. Melaksanakan program pelatihan kesadaran dan edukasi dalam unit-unit organisasi.
             5.      Fase 5,Penyebarluasan Kebijakan. Kebijakan ini disebarluaskan ke seluruh unit organisasi dimana kebijakan tersebut dapat diterapkan



Kebijakan Keamanan yang Terpisah dikembangkan untuk

a.      Keamanan Sistem Informasi
b.     Pengendalian Akses Sistem
c.      Keamanan Personel
d.     Keamanan Lingkungan Fisik
e.      Keamanan Komunikasi data
f.      Klasifikasi Informasi
g.     Perencanaan Kelangsungan Usaha
h.     Akuntabilitas Manajemen

           Kebijakan terpisah ini diberitahukan kepada karyawan, biasanya dalam bentuk tulisan, dan melalui program pelatihan dan edukasi. Setelah kebijakan ini ditetapkan, pengendalian dapat diimplementasikan.


Jumat, 30 November 2018

Pada contoh kasus ini, Anda diharapkan membuat pembagi clock.
Soal kasus adalah sebagai berikut;
Lambatkan clock anda sehingga output yang anda buat (pembagian clock) bernilai 1 untuk setiap 4 denyut clock

Untuk menjawab kasus diatas, maka jawablah pertanyaan dibawah ini:
  1. Gambarkan model Diagram state dari proses pembagi clock setiap 4 denyut clock
  2. Buatlah diagram blok dengan Model implementasi yang ditunjukkan oleh diagram state
  3. Buatlah tabel State Table dengan tipe Moore yang disesuaikan pada model implementasi
  4. Bagaimana hasil K-Map berdasarkan tabel state untuk mendapatkan persamaan minimalisasi (sederhana) output
  5. Gambarkan Logika kombinasional dari persamaan sederhana yang didapat sebelumnya


Jumat, 16 November 2018

Tugas 2 Softskill Manajemen Proyek & Resiko

STUDI KASUS MANAJEMEN PERUBAHAN JAPAN AIRLINES 

Japan Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan dunia yang sudah dikenal reputasinya yang baik. Baik dalam hal pelayaann di darat maupun di udara. Itulah mengapa, maskapai yang berdiri sejak 1 Agustus 1951 sering menjadi barometer pelayanan maskapai lain di dunia. Untuk penerbangan internasional pertamanya, Japan Airlines menempuh Tokyo – San Fransisco menggunakan pesawat Douglas DC 6. Penerbangan ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 1954. 
Dengan kekuatan armada mereka yang cukup kuat, Japan Airlines tidak mengalami kesulitan manakala pada tahun 1970an, pemerintah Jepang menerapkan deregulasi penerbangan. Di antaranya melakukan privatisasi Japan Airlines dan membuka kran persaingan di transportasi udara. Akhirnya dengan kondisi ini masuklah dua pesaing baru, yaitu All Nipon Airways dan juga Japan Air System. 
Perkembangan selanjutnya yang terjadi, antara Japan Airlines dan Japan Air System kemudian mengikat kerjasama. Proses kerjasama ini adalah kesepakatan kedua maskapai untuk melakukan merger. Bergabungnya dua perusahaan ini terjadi pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004. Untuk menjaga potensi pasar yang sudah terbentuk, dan proses merger tersebut disepakati bahwa nama Japan Airlines akan dipertahankan sebagai identitas perusahaan tersebut. 

Setelah melakukan merger dengan nama Japan Air System, terjadi sedikit perubahan dalam manajemen Japan Airlines. Salah satu yang dilakukan adalah masuk ke dalam aliansi Oneworld sejak 1 April 2007. Sayangnya, keputusan ini justru tidak diikuti dengan perkembangan positif dalam transaksi keuangan Japan Airlines. 

Salah satu dampak yang terasa adalah kerugian besar yang menimpa Japan Airline pada tahun transaksi 2009. Perusahaan ini mengalami goncangan yang sangat dahsyat dan mengancam stabilitas. JAPAN AIRLINES Tak kuasa menanggung beban utang korporat sekitar US$25,6 miliar. JAPAN AIRLINES mengajukan perlindungan pailit kepada Pengadilan Distrik di Tokyo. Maskapai itu juga dibebani dengan pembayaran gaji dan pensiun yang terus membengkak dan rute domestik nirlaba yang secara politis wajib dipertahankan. 
Untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman kebangkrutan, akhirnya pemerintah memberikan dana talangan sebesar 100 juta yen. Selain itu dibentuk pula kepanitiaan yang bertugas menangani penyelesaian masalah keuangan maskapai ini. 
Beberapa program pun dirancang demi menghindarkan Japan Airlines dari kebangkrutan. Salah satunya dilakukan dengan menjual saham mayoritas kepada American Airlines yang juga anggota Oneworld. Selain kepada American Airlines, Japan Airlines sempat menjajaki kemungkinan menjual saham mereka kepada Delta Airlines. 
Namun demikian, proses penjualan saham kepada Delta Airlines mengalami hambatan. Hal ini disebabkan Delta Airlines merupakan anggota Sky team, aliansi penerbangan seperti Oneworld. Dengan kondisi ini, Japan Airlines memutuskan tidak melanjutkan proses transaksi dengan Delta, maka keanggotaan Japan Airlines akan berada di bawah aliansi SkyTeam serta keluar dari Oneworld. 
Jika ini terjadi dikhawatirkan akan terjadi kebingungan di kalangan konsumen. Selain itu, Japan Airlines akan kehilangan kesempatan perlindungan antimonopoli dari agen Amerika Serikat. Hal ini merupakan salah satu kesepakatan yang didapat dari perjanjian ruang terbuka Jepang dan Amerika Serikat. 
Akhirnya American Airlines menjadi salah satu maskapai yang memiliki kesempatan untuk membeli saham mayoritas dari Japan Airlines. Meski pada saat yang bersamaan ada beberapa maskapai besar lain yang sebenarnya juga berminat untuk memiliki saham dari Japan Airlines seperti dari Prancis melalui Air France KLM, British Airways dari Inggris dan juga Qantas dari Australia, namun Japan Airlines menolak semua tawaran tersebut. 
Namun, meski sudah menjual saham mayoritas mereka masalah keuangan yang melanda Japan Airlines belum juga selesai. Akhirnya sejak 19 Januari 2010, maskapai dimasukkan ke dalam program Perlindungan Kebangkrutan Jepang. Dampak dari kondisi ini adalah terjadinya restrukturisasi atau pengurangan jumlah karyawan mereka. Sebelum mengalami masalah keuangan, Japan Airlines memiliki 47ribu karyawan. Namun dengan kesulitan finansial yang melanda, mereka harus menghentikan 15 ribu karyawan. Selain itu, armada yang dimiliki pun dikurangi jumlahnya disamping juga mengadakan pembaruan pesawat. Sementara untuk masalah rute penerbangan internasional, Japan Airline mengadakan penjadwalan ulang guna mendapatkan efisiensi. 

Japan Airline mengalami kebangkrutan akibat manajemen buruk selama bertahun-tahun, biaya tinggi, serta tekanan pemerintah untuk melayani rute tidak menguntungkan di bandara kecil. Selain itu, Japan Airlines terpuruk akibat krisis ekonomi global. 
Operasi JAPAN AIRLINES yang merugi, hutang yang membengkak, kebijakan penerbangan yang tidak efisien, dan birokrasi yang lambat, membuat kebijakan bail out bagai menebar garam di air laut. Masalah mendasar dari JAPAN AIRLINES adalah “permainan’ dari segi tiga besi (iron triangle) antara pengusaha, penguasa, dan politisi dalam operasional JAPAN AIRLINES selama ini. JAPAN AIRLINES dianggap sebagai sebuah perusahaan besar kebanggaan negeri yang tak boleh bangkrut (too big to fail). Oleh karena itu suntikan likuiditas secara massif diberikan terus menerus kepada JAPAN AIRLINES. Namun di sisi lain, operasi JAPAN AIRLINES tidak dibenahi secara serius. Tekanan dari kekuatan politik dan pemerintah pada eksekutif JAPAN AIRLINES untuk melayani ambisi mereka membuka route-route yang tidak menguntungkan, telah menambah beban operasional JAPAN AIRLINES. Hal ini ditambah lagi dengan berbagai masalah birokrasi dan remunerasi yang tidak efisien. 
Sejak merugi di tahun 2001, lonceng kematian bagi JAPAN AIRLINES memang seolah hanya menunggu waktu. Tragedi 9/11, wabah virus SARS, Flu Burung, ancaman teroris, di samping resesi ekonomi, telah memukul JAPAN AIRLINES secara bertubi-tubi. Meski melayani lebih dari 217 airport dan 35 negara, JAPAN AIRLINES menjadi perusahaan penerbangan yang gemuk dan tidak efisien. Hutangpun membengkak hingga mencapai sekitar Rp 200 triliun. 
Bangkrutnya JAPAN AIRLINES semakin memperkuat adanya masalah serius yang dihadapi oleh perekonomian Jepang. Meski masih memegang gelar sebagai negara dengan perekonomian terkuat nomor dua di dunia, Jepang bagai macan yang terluka. Ekonominya melesu, pengangguran dan kemiskinan meningkat, dan perusahaan besar berguguran. Bangkrutnya JAPAN AIRLINES adalah kebangkrutan terbesar perusahaan di luar sektor keuangan sejak Perang Dunia ke-II. Oleh karena itu, upaya serius untuk bangkit dari krisis sedang ditempuh oleh pemerintah Jepang. 

SOLUSI 


Mencari investor yang tepat 
Cara untuk menyelamatkan JAPAN AIRLINES mungkin dengan cara mencari investor yang tepat. Contohnya dengan menawarkan investasi kepada Delta Airlines atau American Airlines yang merupakan raksasa industri penerbangan di Amerika. Dengan investor semacam ini JAPAN AIRLINES dapat melunasi hutang-hutangnya dan mendapatkan "perubahan" yang diperlukannya agar menjadikan JAPAN AIRLINES kompetitif dan profitable lagi. JAPAN AIRLINES yang memiliki 279 pesawat (kebanyakan dari Boeing) dan mempunyai rute penerbangan di 220 bandara di 35 negara merupakan investasi yang menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan seperti Delta Airlines atau American Airlines yang tentunya akan mendapatkan akses bisnis ke Asia melalui akuisisi atau investasi tersebut.. 
Restrukturisasi dan revitalisasi 
Selain itu berbagai upaya perampingan seharusnya dilakukan JAPAN AIRLINES agar tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak, terutama biaya operasional. karena itu sudah seharusnya JAPAN AIRLINES melakukan restrukturisasi karyawan dan pengurangan armada. Setelah tercipta restrukturisasi, maka Japan Airlines di bawah bendera manajemen yang baru harus dapat melakukan revitalisasi dan perbaikan manajemen dengan konsep baru, seperti yang dilakukan Garuda Indonesia agar dapat kembali bersaing dalam industri maskapai dunia. 

http://underground-paper.blogspot.com/2013/07/studi-kasus-manajemen-perubahan-japan.html

 

Rabu, 17 Oktober 2018

Tugas 1 Softskill Manajemen Proyek & Resiko


Manajemen Risiko Proyek : Proses sistematis untuk
merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan
merespon risiko proyek. Tujuannya untuk meningkatkan
peluang dan dampak peristiwa positif, dan mengurangi
peluang dan dampak peristiwa yang merugikan proyek.

Manajemen : suatu seni dalam ilmu dan pengorganisasian seperti menyusun perencanaan, membangun organisasi dan pengorganisasiannya, pergerakan, serta pengendalian atau pengawasan.

Risiko : bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.

Proyek : sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik

Proses yang terlibat dari manajemen risiko proyek:
1. Perencanaan manajemen risiko
2. Identifikasi risiko
3. Analisis risiko kualitatif dan kuantitatif
4. Perencanaan respon risiko
5. Pengendalian dan monitoring risiko


5 Profesi dibidang IT

1. Software Engineer  : seseorang  yang  mengembangkan dan membangun software sistem komputer dan software aplikasi.
2. Hardware Engineer : seseorang yang mengembangkan dan membangun perangkat keras pada computer.
3. System Analyst : seseorang yang bertanggung jawab atas penelitian, perencanaan, pengkoordinasian, dan merekomendasikan pemilihan perangkat lunak dan sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi bisnis atau perusahaan.
4. UX Designer : seseorang yang membuat sebuah website atau aplikasi yang dapat memudahkan dan tidak membingungkan ketika digunakan oleh pengguna.
5. UI Designer : seseorang yang membuat sebuah website atau aplikasi yang berfokus pada tampilan atau desain pada sebuah website.